Rabu, 21 April 2010

MAJENE MAMMIS EDISI 15/PEBRUARI/2010

LENSA PERISTIWA


Bantuan Gapoktan

Gapoktan Assamalewuang memperoleh bantuan alat pengolah minyak kelapa dari Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian Departemen Pertanian yang diserahkan langsung oleh bupati Majene, H. Kalma Katta, S.Sos, MM dengan didampingi Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Ir. Iskandar pada tanggal 2 Januari 2010.(mm)

LENSA PERISTIWA















Test Ngaji PNS 100%

Test kemampuan baca Alquran yang dimulai pada penerimaan CPNS tahun ini, merupakan kebijakan Bupati Majene, H. Kalma Katta, S.Sos, MM untuk memberantas buta aksara Alquran di kalangan PNS dan masyarakat. Kebijakan tersebut diberlakukan pada CPNS yang telah memperoleh SK PNS 100%. Pada tahap I dilakukan test mengaji kepada 147 orang yang disaksikan dan dipantau langsung oleh Bupati Majene.(mm)

LENSA PERISTIWA










Pesta Nelayan Masyarakat
Lingkungan Tamo
Kelurahan Baurung


Pesta Nelayan masyarakat Lingkungan Tamo, Kelurahan Baurung meriah digelar pada minggu ke empat bulan Januari 2010. Hadir dalam pesta nelayan tersebut, Bupati Majene H. Kalma Katta, S.Sos,MM didampingi oleh Kadis Perikanan dan Kelautan, Ir. Fadlil Rasyid MS, serta Camat Banggae Timur Drs. H. Fahmi Massiara, MH bersama Lurah Baurung dan segenap tokoh masyarakat. Pesta Nelayan tersebut sebagai bentuk rasa syukur kaum nelayan yang berdomisili di Lingkungan Tamo, atas rejeki yang dilimpahkan oleh Allah SWT. Pesta tersebut juga dilengkapi dengan panggung hiburan musik yang dimeriahkan oleh hiburan musik elekton. (mm)

LENSA PERISTIWA


HKG-PKK Ke 37

Peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK Ke-37 Tingkat Provinsi Sulawesi Barat diperingati pada tanggal 29 Januari 2010 dan pelaksanaannya dipusatkan di Kabupaten Majene, bertempat di Gedung Assamalewuang. Peringatan tersebut juga dirangkaikan dengan berbagai lomba seni dan olahraga yang diikuti oleh seluruh Tim Penggerak PKK se-Provinsi Sulbar serta Kabupaten Majene meraih Juara Umum untuk yang ketiga kalinya pada ajang tersebut. Acara tersebut dihadiri Ketua TP PKK Provinsi Sulbar, Ketua TP PKK Kabupaten se-Sulbar, Gubernur Sulbar, segenap unsur eksekutif dan legislatif se-Sulbar serta segenap masyarakat.(mm)

LENSA PERISTIWA












Rapat Koordinasi
Penanganan

Masalah Desa Maliaya


Pada rapat yang diadakan tanggal 1 Februari 2010 yang dihadiri oleh perwakilan 3 Kabupaten yakni Majene, Mamuju dan Polman, telah berhasil menghasilkan beberapa rekomendasi guna penyelesaian kasus di desa Maliaya, Kecamatan Malunda. Beberapa hasil rekomendasi yaitu bahwa dinyatakan kasus Maliaya murni merupakan tindakan kriminal biasa antara sesama warga dan harus diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Selain itu, payung hukum penyelesaiannya diserahkan ke pemerintah Provinsi Sulbar dan kedepannya tidak boleh ada wacana pelarangan bermukim di suatu wilayah untuk mencari nafkah serta demi keamanan maka warga yang terkait dengan kasus Maliaya disarankan sementara untuk tidak lalu lalang melalui darat dan laut di desa Maliaya hingga situasi kondusif.
Untuk 3 rumah warga yang dipindahkan karena kasus tersebut, Pemerintah Provinsi Sulbar perlu menjadi perhatian yang serius.(mm)

PARLEMENTARIA














Geliat Aktivitas
Anggota DPRD Majene

Dari Reses Hingga Musrembang

SEPERTI yang dikemukakan Kabag Persidangan DPRD Majene, Muh. Yusuf Ali, beberapa kegiatan para anggota dewan sejak akhir bulan Januari lalu menunjukkan tingkat kepadatan kegiatan yang tinggi. Mulai dari kegiatan Reses dewan, rapat komisi hingga Musrenbang tingkat kecamatan.
“ Para anggota dewan dalam melaksanakan Reses, maraton ke seluruh kecamatan-kecamatan, utamanya di daerah konstituen dimana para anggota dewan memiliki grass root, untuk mendengar permasalahan masyarakat”, papar Yusuf diruang kerjanya baru-baru ini.
Lebih lanjut Yusuf mengemukakan dalam Reses anggota dewan yang berlangsung mulai tanggal 24 Januari dan berakhir tanggal 8 Pebruari 2010 tersebut, muncul tiga permasalahan dari masyarakat yakni, pertama masalah hasil Musrenbang tingkat desa dan kelurahan yang belum terakomodir secara optimal. Contohnya, masyarakat desa menginginkan satu kegiatan pembuatan jalan saluran air, namun hasilnya belum direspon pemerintah. Kedua, masalah Pendidikan yang masih perlu sedikit pembenahan, antara lain pemerataan tenaga guru dan prasarana sekolah.
Namun demikian, kata Yusuf, permasalahan pendidikan terkait dengan prasarana sekolah tersebut akan terjawab pada APBD 2010, yakni Juknis DAK untuk SMP sudah ada, sementara dulunya hanya Juknis DAK untuk SD saja yang ada. Yang Ketiga, permasalahan pelayanan kesehatan gratis yakni Jamkesnas dan Jamkesda. Dalam Jamkesda diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak masuk menjadi peserta Jamkesnas, dengan syarat masyarakat tersebut merupakan golongan yang kurang mampu. Pelayanan kesehatan yang lain yang mencuat adalah pembenahan pelayanan di RSUD Majene. Dalam hal ini Ketua Komisi C, Bupati dan pihak Pengelola RSUD sudah menemukan solusinya, yakni RSUD akan diberikan dana khusus yang bersumber dari dana tak terduga dalam rangka menanggulangi masalah pelayanan kesehatan gratis di RSUD Majene.
Aktivitas dewan selain Reses adalah rapat Komisi A yang masih membahas mengenai Ranperda tentang perangkat desa. Dalam rapat tersebut, wakil dari pihak Pemkab Majene adalah Asisten I Bidang Pemerintahan, Staf Ahli Hukum dan HAM dan Kabag Pemerintahan. Sementara itu, hasil dari rapat dengan Komisi A adalah adanya kesepakatan dari pihak Pemkab akan menyampaikan minimal 4 usulan Ranperda mengenai desa untuk di bahas di DPRD Majene.
Selanjutnya, agenda Musrenbang tingkat Kecamatan juga diikuti oleh Ketua dan Wakil Ketua DPRD Majene, sebagai nara sumber bersama dengan Bappeda selaku wakil dari Pemkab Majene. Dalam Musrenbang tersebut, harus dihadiri oleh anggota DPRD sesuai dengan Daerah Pemilihan (Dapil)nya. (mm)

PEMBANGUNAN DAERAH

Test Ngaji untuk Pencari KTP Majene,
Perlu Digagas Kedepan

Adanya pemberlakuan program bebas buta aksara Al Qur’an di Kabupaten Majene dimulai dari lingkup pemerintahan. Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan mengambil SK-nya 100% status pegawai, wajib mengikuti test ngaji di hadapan Bupati. Lalu bagaimana dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan dalam menerapkan program tersebut?.


ATJO Taswin Burhanuddin selaku Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Majene, menyatakan untuk sekarang ini masih belum siap pihaknya bila wacana test ngaji (baca Qur’an) diberlakukan juga untuk masyarakat yang akan mengambil KTP. Pasalnya, menurut Atjo, masyarakat yang mengurus KTP maunya diberikan pelayanan serba cepat sehingga akan sulit dan memakan waktu lama bila mereka harus melakukan test ngaji dulu baru mendapat KTP.
Namun demikian Atjo berharap, wacana tersebut bisa saja direalisasikan dengan catatan harus memakai selembar surat keterangan bebas buta aksara Al-Qur’an dari para guru ngaji atau Ustadz setempat. Dengan demikian surat tersebut dapat dilampirkan bila akan mengurus KTP. Sayangnya, kebijakan tersebut masih sebatas wacana karena perlu dipersiapkan dengan matang mekanisme dan sistemnya, sehingga masyarakat tidak merasa dipersulit bila mengurus KTP Majene.
Selanjutnya, Permasalahan lain yang ada di Dinas Capil dan Kependudukan adalah validitas data kependudukan yang harus mendapat solusi untuk keakuratan data. Dalam hal ini, Atjo juga mengamini bahwa permasalahan keakuratan validasi data kependudukan yang sering ditemui di hampir semua wilayah Indonesia termasuk di Kabupaten Majene akan segera mendapatkan solusi, terkait akan diajukannya Ranperda penggunaan KTP Elektronik di Majene sebagai payung hukum pemberlakuan KTP Elektronik untuk Satu KTP, Satu Indentitas yang juga akan berlaku di seluruh Indonesia.
Pemberlakuan KTP Elektronik membuat data kependudukan akan valid dan dapat digunakan sebagai sumber data yang akurat. Selain berlaku diseluruh wilayah Indonesia karena berbasis NIK Nasional, KTP tersebut juga sangat efektif dan efisien dari segi pengurusan dan dapat mencegah adanya KTP ganda di kalangan masyarakat.
Kabupaten Majene sendiri merupakan salah satu wilayah yang gencar mensosialisasikan penggunaan KTP Elektronik ini. Salah satu upaya yang ditempuh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Majene yakni dengan mengajukan Ranperda penggunaan KTP Elektronik tersebut yang akan segera diproses Biro Hukum Pemkab Majene dan untuk selanjutnya akan dibahas di DPRD Majene yang proses pembahasanya diprediksi dapat selesai di tahun 2010 ini. Ranperda tersebut dibutuhkan Pemkab Majene untuk mendukung penerapan UU No.23 Tahun 2006 tentang Kependudukan di Indonesia karena telah ada beberapa daerah lain yang menerapkan hal serupa seperti di Makassar, Denpasar dan Jambi.
Lebih lanjut Atjo menerangkan, KTP Elektronik dapat memberi kemudahan bagi warga yang akan mengurus surat-surat kependudukan. Prosesnya sangat mudah dengan hanya membubuhkan sidik jari pada alat elektronik khusus dan menggunakan sistem komputerisasi online yang terhubung ke seluruh wilayah di Indonesia.
Saat ini Kabupaten Majene, melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil aktif mensosialisasikan penggunaan KTP ini, utamanya untuk daerah-daerah terpencil seperti Kecamatan Ulumanda. Upaya tersebut juga ditempuh untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya surat-surat kependudukan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah-wilayah pedesaan dengan tingkat pendidikan dan latar belakang sosial mereka, menyebabkan kesadaran untuk memiliki surat-surat kependudukan masih sangat rendah.
Namun dalam satu tahun terakhir kesadaran masyarakat untuk mengurus surat-surat kependudukan mengalami peningkatan sekitar 25%, sehingga saat ini diketahui terdapat total 151.752 jiwa penduduk Majene yang terdiri dari 75.195 orang laki-laki dan 76.557 orang perempuan.
Selain itu, karena keberhasilan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Majene dalam menjalankan program melalui Manajemen Kondisional yang diterapkan Kadisnya dengan dukungan kekuatan pegawai sebanyak 43 orang PNS dan tenaga honor, maka di tahun 2009 lalu telah meraih prestasi sebagai salah satu penyumbang PAD Majene melampaui target 59 juta rupiah yang ditetapkan dengan menyumbangkan total 68 juta rupiah ke kas Pemkab Majene untuk mendukung program pembangunan di berbagai bidang.(mm)

PEMBANGUNAN DAERAH












Mengintip Pembangunan Masjid Agung Majene
Butuh 30 Milyar,
Selesaikan Dua Lantai
dan Menara Masjid


Pembangunan Masjid Agung Majene sudah dimulai sejak peletakan batu pertamanya tahun 2008 lalu. Untuk penyelesaian pembangunannya dibutuhkan dana 30 milyar. Bila sumber dana pembangunan Masjid hanya mengadalkan dari APBD saja, maka memakan waktu agak lama. Sampai disini peran serta masyarakat Majene dibutuhkan, dan tidak hanya menggantungkan di pundak Pemkab Majene.

RENCANANYA Masjid Agung Majene dalam master plan memiliki dua lantai dengan dilengkapi sarana Ibadah Modern serta Islamic Centre. Untuk Lantai II dikhususkan sebagai tempat sholat, sedangkan pada lantai I diperuntukkan Sekretariat perkantoran lembaga Islami mulai dari MUI, BKMT dan lainnya sehingga dapat disebut juga sebagai Islamic Centre seperti mengadopsi konsep Masjid Al-Markaz Makassar, Sulawesi Selatan. Bukan hanya itu, Masjid yang digagas Bupati Majene H. Kalma Katta, S.Sos, MM ini pada lantai I juga dirancang sebuah aula untuk sarana perkawinan bagi masyarakat Majene. Semua konsep desain tersebut memang modern sekali sehingga biayanya pun mahal bernilai puluhan Milyar.
Menurut Kepala Dinas PU Majene, Ir. Adam Yahya, MT, luas lahan Masjid Agung Majene adalah 1,1 Ha, sedang luas bangunannya adalah 0,5 Ha. Sementara luas perparkiran dan taman adalah 0,6 Ha. Masjid tersebut, sambung Adam, diperkirakan memiliki daya tampung ibadah jemaah sebanyak 4.000 orang untuk di dalam Masjid. Sementara di area parkir bila Sholat I’d bisa menampung jamaah 6.000 orang. Sehingga bila ditotal perkiraan daya tampung jemaah bisa mencapai 10.000 orang jemaah.
Ditanya masalah besarnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunannya, Adam menjawab, bahwa Dana pembangunan Masjid Agung sebesar 30 Milyar. Dana tersebut sudah include dengan menara Masjid. Sistem pembiayaannya pun bertahap mengingat sumber dana APBD sangat terbatas untuk pembangunan Masjid Agung.
Namun Adam juga berpendapat, bahwa kalau mengandalkan APBD saja maka tidak bisa cepat selesainya. Sementara kalau mengandalkan sumbangan dari pihak atau lembaga luar (orang sukses Mandar yang ada dirantau) ditaksir juga masih memakan waktu cukup lama penyelesaiannya. Alternatif yang ideal, bila Bupati yang sekarang (H. Kalma Katta, S.Sos, MM), terpilih kembali untuk periode berikutnya, maka penyelesaian Masjid lebih cepat lagi tidak sampai memakan waktu bertahun-tahun.
Disisi lain, lokasi pembangunan Masjid Agung sangat strategis, yakni di pinggir jalan Provinsi, selain itu dekat juga dengan rumah jabatan, akses jalan pun sangat representatif dan yang bagusnya lagi terlintasi jalur pete-pete ke pusat Kota Majene. Selain itu juga dekat dengan pangkalan ojeg, sehingga kebutuhan transportasi masyarakat untuk ke Masjid sangat terjamin. (mm)

WAWANCARA

















Bupati Majene,
H. Kalma Katta, S.Sos, MM

Aplikasikan Slogan Mammis, PNS Harus Bisa Mengaji

Slogan Majene Mammis yang salah satu butir awalnya huruf M yang bermakna Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan Agar Berakhlak Mulia dan Bermoral bagi Aparatur Pemerintah dan Masyarakat, merupakan salah satu visi Kabupaten Majene untuk mewujudkan aparatur dan masyarakat yang memiliki nilai-nilai moral dan keimanan yang tinggi. Hal ini diaplikasikan salah satunya melalui penilaian test membaca Alquran bagi CPNS yang telah mendapatkan SK PNS 100% yang diadakan beberapa waktu lalu.
Untuk mengetahui sejauh mana penerapan slogan Mammis tersebut dalam membentuk moral dan akhlak para aparatur pemerintah dan masyarakat, berikut petikan wawancara dengan penggagas ide Slogan Majene Mammis dan sekaligus bupati Majene, H. Kalma Katta, S.Sos, MM baru-baru ini di kediamannya.

Bagaimana penerapan slogan Majene Mammis dalam membangun Majene kota religi ?
Kami menerapkan slogan tersebut salah satunya dengan mengadakan test baca Alquran kepada CPNS yang terangkat beberapa waktu lalu. Hal tersebut ditempuh agar aparatur dapat meningkatkan keimanannya melalui kemampuan membaca Alquran. Selain itu, Saya berpendapat bahwa hal tersebut harus dimulai secara intern mulai dari aparatur dahulu kemudian menyusul stakeholders yang lain.

Apa dampak positif dari kegiatan tersebut ke depan ?
Diharapkan melalui baca Alquran para aparatur PNS tersebut memahami dan menjadikan Alquran sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat menghindarkan dirinya dari penyimpangan yang mungkin terjadi. Saya yakin bahwa kemampuan baca Alquran di kalangan aparatur pemerintahan pada gilirannya akan membimbing mereka menjadi manusia-manusia berkualitas dan bertakwa.

Upaya apa yang ditempuh Pemkab Majene dalam memberantas buta aksara Alquran dan dalam peningkatan keimanan masyarakat secara luas ?
Berbagai upaya telah ditempuh Pemkab Majene terkait hal tersebut seperti penyelenggaraan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) serta pembinaan sejak usia dini melalui TPA (Taman Pengajian Alquran) yang kesemuanya itu bertujuan memberi pengaruh pada masyarakat agar menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup sehingga akan terwujud masyarakat yang berakhlak mulia dan memiliki keimanan yang tinggi sebagai modal dasar pembangunan di segala bidang.

Lalu bagaimana dukungan Pemkab Majene dalam hal anggaran pada kegiatan-kegiatan keagamaan selama ini ?
Kami memback-up setiap kegiatan keagamaan melalui Kas daerah Majene. Hal tersebut tentunya sangat bergantung pada kemampuan Pemkab Majene mendulang PAD sehingga bantuan-bantuan keagamaan dapat ditingkatkan jumlahnya dari tahun ke tahun. Salah satu hal yang telah dilakukan yaitu pemberian tunjangan untuk para Imam Mesjid.

Bagaimana konsep pembangunan Majene yang disinergikan dengan pembangunan di bidang ke-agamaan ?
Salah satu contoh konsep tersebut yaitu bahwa setiap pembangunan real estate/perumahan mutlak disediakan lahan untuk pembangunan sarana ibadah dalam kompleks tersebut.

Apa indikator peningkatan kesadaran beragama di kalangan masyarakat Majene ?
Indikator penilaian peningkatan ketaatan masyarakat beragama dapat dilihat dari jumlah jamaah Haji Kabupaten Majene yang meningkat secara signifikan dalam 3 tahun terakhir. Hal tersebut mengindikasikan selain meningkatnya ketaatan masyarakat dalam beragama juga menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat.(mm)

WAWANCARA


Kepala Kantor
Kementrian Agama Kabupaten Majene
MTQ, Semangat
Kecerdasan Spiritual





Sebutan nama Departemen Agama(Depag)Kabupaten Majene tidak digunakan lagi sejak 28 Januari 2010 lalu, dan sebagai penggantinya adalah Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Majene. Pergantian nama tersebut berlaku secara nasional. Hal ini, diungkapkan Kepala Kemenag Kabupaten Majene, H. Imran Kesa, S.Ag baru-baru ini diruang kerjanya. Menurutnya, hanya namanya saja yang berubah, untuk struktur internal Kamenag masih sama seperti yang dulu. Termasuk juga dalam kepanitiaan MTQ tingkat Provinsi Sulbar yang rencananya akan digelar sekitar Bulan Maret/April mendatang.
Setelah sukses penyelenggaraan MTQ Tingkat Kabupaten beberapa waktu lalu, menurut Imran, terdapat beberapa catatan kemajuan dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam memberantas buta aksara Al Qur’an di Majene. Lalu bagaimana masalah misi dan tujuan MTQ itu sendiri dan bagaimana pula persiapan untuk penyelenggaraan MTQ tingkat Provinsi Sulbar? Berikut petikan wawancara Kepala Kamenag Kabupaten Majene, H Imran Kesa, S. Ag kepada jurnalis Majene Mammis baru-baru ini di ruang kerjanya.

Menurut Anda, kemana arah misi tujuan MTQ yang dilaksanakan di Majene tahun 2010 ini, baik itu Tingkat Kabupaten maupun Provinsi?

Ada hadist Nabi yang menyatakan Hiasilah Rumah Tanggamu dengan nilai-nilai Al Qur’an. Rumah tangga disini berkonotasi luas, dari skala rumah tangga dalam sebuah keluarga maupun rumah tangga dalam arti wilayah Kabupaten, Propinsi dan seterusnya. Untuk skala kabupaten, bagaimana menjadikan Majene menjadi rumah tangga yang besar sehingga masyarakatnya selalu mengerti, memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an. Selanjutnya, bicara masalah tujuan, sebenarnya kita semua harus terlebih dahulu memahami bahwa mengapa MTQ harus selalu dilaksanakan, yakni pertama, sebagai seremonial yang notabene menjadi alat memotivasi masyarakat baik itu anak anak hingga orang dewasa untuk lebih meningkatkan ketrampilan baca tulis Al Qur’an yang bermuara pada peningkatan pemahaman terhadap nilai-nilai Al Qur’an yang terkandung didalamnya. Ketika hal tersebut sudah tercapai, maka diharapkan dapat meningkatkan pengamalan nilai Al Qur’an terhadap kehidupan masyarakat tersebut. Kemudian yang kedua, lewat MTQ ajang silaturahmi akan terbentuk dan tercipta antar generasi. Dalam hal ini Ukhuwah Islamiah dapat ditumbuh kembangkan. Yang ketiga, MTQ merupakan bentuk Syiar agama.

Sejauh mana penyelenggaraan MTQ dapat memberikan motivasi masyarakat untuk belajar Al Qur’an?

MTQ diselenggarakan di Majene sudah tentu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Kita semua tahu bahwa Majene berpredikat sebagai Kota Pendidikan, dengan demikian dalam menciptakan generasi penerus haruslah memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Generasi yang memiliki kecerdasan Spritual tentu saja mengerti membaca Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam upaya memberantas buta aksara Al Qur’an, Bupati Majene langsung action dengan kebijakan mengetest ngaji PNS baru. Bagaimana di lingkup Kementrian Agama Kabupaten Majene sendiri?

Saya sangat salut dan hormat atas tindakan Bupati Majene yang langsung melakukan action. Hal tersebut juga sangat memotivasi dan menginspirasikan bagi lingkup Kemenag Kabupaten Majene. Kedepan, pihak kami akan bekerjasama dengan pihak Diknas Majene untuk membuat sistem penyeleksian anak sekolah mulai dari tingkat Madrasah, Tsanawiah, dan Aliyah untuk diseleksi baca Al-Qur’an pada saat penyeleksian penerimaan siswa baru. Dengan demikian pemberantasan buta aksara Al Qur’an dapat dimulai ditingkat usia dini yang menurut kami lebih menyentuh karena usia dini adalah usia yang produktif dan menentukan mental spiritual sang anak.

Bagaimana dengan masyarakat usia lanjut yang belum bisa baca Al Qur’an?

Hal tersebut juga sudah kami pikirkan. Untuk mereka yang sudah dewasa dan berusia lanjut, namun belum pandai baca Al Qur’an kami akan buatkan program khusus, yakni bikin pengajian khusus (seperti kejar paket A) yang didalamnya akan diberikan pengajaran baca-tulis Al Qur’an sampai mereka dapat membaca dengan benar. Cara tersebut menurut kami sangat efektif untuk memberantas buta aksara Al Qur’an di tingkat masyarakat umum usia dewasa dan manula. (mm)

BERITA UTAMA



MTQ Ke-26

Tingkat Kabupaten Majene


Tujuh Cabang

Dilombakan,

Diikuti 143

Peserta




Perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-26 tingkat Kabupaten Majene digelar dengan diikuti delapan kafilah mewakili Kecamatannya masing-masing. Event yang berlangsung selama lima hari (23 Januari 2010 – 28 Januari 2010) tersebut melahirkan Qari dan Qari’ah berprestasi. Para juara terbaik tersebut akan dipersiapkan untuk mewakili MTQ tingkat Provinsi Sulbar yang rencananya akan digelar pada bulan Maret mendatang di Kota Kabupaten Majene Mammis.


SETELAH Ba’da Isya, pelataran tempat pembangunan Masjid Agung Majene di dekat rumah jabatan bupati Majene ramai dipenuhi orang. Tenda-tenda yang di dirikan menghiasi panggung utama tempat ajang unjuk gigi para peserta MTQ ke 26 tingkat Kabupaten Majene. Para peserta dan official utusan dari delapan kafilah kecamatan sudah siap dan berbaris rapi membentuk menjadi delapan kelompok. Seragam mereka yang khas dengan kopiah dan jilbab semakin mempercantik penampilan para kafilah.

Duduk pada anjungan utama, yakni barisan paling depan Bupati Majene H. Kalma Katta, S. Sos, MM didampingi oleh Kakandepag Majene, Wakil Bupati, Sekkab, para pengurus LPTQ serta para Muspida dan Ketua DPRD Majene. Tidak ketinggalan pula para SKPD pejabat Kepala Dinas, Kepala Badan dan Kepala Kantor duduk rapi dengan tertib. Begitu pula dengan pejabat Kepala Camat, Kepala Lurah sampai kepada para Mubaliq dan Tokoh Masyarakat serta para supporter memenuhi tenda-tenda yang telah disediakan panitia.

Malam itu merupakan seremoni pembukaan MTQ, yang diawali dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya kemudian disusul dengan Hening Cipta, Pembacaan Kalam Ilahi, Menyanyikan Mars MTQ dan Laporan pelaksanaan MTQ ke-26 tingkat Kabupaten Majene.

Acara dilanjutkan dengan Penyerahan piala bergilir dari Juara Umum MTQ ke-25 yakni Kecamatan Banggae kepada Bupati Majene selanjutnya diserahkan ke Panitia. Setelah selesai, Ketua LPTQ Kabupaten Majene membacakan keputusan Ketua Umum LPTQ tentang mengangkatan Dewan Hakim dilanjutkan Pembaiatan (Sumpah) dan Pelantikan Dewan Hakim.

Kemudian, acara pembukaan resmi di buka Bupati setelah kata sambutannya yang bertemakan pemberantasan buta aksara Al-Quran di Majene harus serius dilakukan oleh semua pihak. Bupati sendiri akan memulai di lingkup jajaran Pemkab Majene untuk menerapkan kebijakan bebas buta aksara Al Qur’an.

Acara pembukaan tersebut sangat khidmat, apalagi ketika pasukan Paskibra mulai memasuki arena dan mengibarkan bendera MTQ dengan diiringi Hymne MTQ, suasana religi bercampur patriotik sangat kental terasa.

Pada MTQ ke-26 ini di lombakan Lima Cabang yakni Cabang Tilawatil, Cabang Hifzil Qur’an, Cabang Fahmil Qur’an, Cabang Syarhil Qur’an dan Cabang Khat Qur’an. Dua Cabang yang lain yakni Cabang Tafsir Qur’an dan Cabang Musabaqah Menulis Kandungan Al Qur’an tidak ada pesertanya, karena dari delapan Kecamatan tidak mempersiapkan pesertanya untuk dua cabang tersebut yang dinilai sangat berat dan harus dipersiapkan kaderisasi pesertanya jauh-jauh hari dan dipilih peserta yang memiliki bakat dan pengetahuan yang tinggi untuk dua cabang tersebut.

Untuk Cabang Tilawatil yang dilombakan terdiri dari enam golongan, yakni Golongan Tartil Al Qur’an, Golongan Anak-anak (usia 13 tahun), Golongan Remaja (Usia 21 Tahun), Golongan Dewasa (Usia 40 tahun), Golongan Qira’ah Sab’ah (Usia 40 tahun) dan Golongan Cacat Netra (usia 40 tahun). Diantara enam golongan tersebut, hanya satu golongan yakni Cacat Netra yang tidak ada pesertanya.

Pada Cabang Hifzil Qur’an terdiri dari Lima Golongan, yakni Golongan 1 Juz (usia 14 tahun), Golongan 5 Juz (usia 16 tahun), Golongan 10 Juz (usia 18 tahun), Golongan 20 Juz (usia 21 tahun), dan Golongan 30 Juz (usia 23 tahun). Dalam Cabang ini, untuk dua Golongan yakni 20 juz dan 30 juz tidak ada pesertanya.

Selanjutnya, untuk Cabang Fahmil Qur’an (Cerdas Cermat Al Qur’an) satu Kecamatan (Kafilah) mengirimkan 1 regu yang terdiri dari 3 orang. Pada Cabang ini kelompok usia antara pelajar MTs dan Aliyah disatukan yakni usia 13 tahun -18 tahun.

Demikian juga pada Cabang Syarhil Qur’an (memberikan ulasan tentang Al Qur’an) setiap satu Kecamatan mengirimkan satu regu yang terdiri dari 3 orang, dengan kelompok umur 13 tahun hingga 18 tahun.

Pada Cabang Khat Qur’an (Seni Kaligrafi Al Qur’an) dibagi dalam tiga Golongan yakni Golongan Naskah, Golongan Hiasan Mushab dan Dekorasi. Untuk Cabang Khat Quran ini peserta dibatasi usia maksimal 35 tahun.

Jumlah peserta MTQ ke-26 ini sebanyak 143 orang yang tergabung dalam delapan kafilah di masing-masing kecamatan se-Kabupaten Majene. Selain memperebutkan piala bergilir bupati, para juara juga mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan dari Bagian Kesra Pemkab Majene. Pada MTQ ke-26 ini, Juara Umum diraih oleh Kafilah Kecamatan Banggae Timur dan berhasil merebut Piala Bergilir dari Juara Umum MTQ tahun lalu yakni Kecamatan Banggae. Segenap Dewan Hakim menetapkan Kecamatan Banggae Timur menjadi Juara Umum karena memiliki jumlah poinn nilai paling tinggi dan paling banyak pesertanya yang ikut tampil. (mm)

BERITA UTAMA



Tim Panitia Lakukan Evaluasi,
Siapkan MTQ Tingkat Provinsi
45 Orang, Juara Satu dan Dua Masuk TC




Tim kepanitian MTQ tingkat Kabupaten yang sudah selesai kinerjanya, melakukan evaluasi guna penyempurnaan sistem kepanitiaan untuk kembali menggelar MTQ Tingkat Provinsi Sulbar yang akan diselenggarakan pada bulan Maret mendatang di Kabupaten Majene.

SEPERTI dikemukakan Sekretaris Umum Panitia MTQ tingkat Kabupaten Majene, H. Masfar Ahmad, BA yang juga menjabat Kepala Seksi Penamas Kandepag Majene, menyatakan Kepanitiaan MTQ memiliki fungsi ganda, yakni menyelenggarakan MTQ Tingkat Kabupaten Majene dan MTQ Tingkat Propinsi Sulbar. Karena itu, menurutnya, teknis dan sistemnya harus berubah yakni harus disempurnakan untuk menghadapi menyelenggaraan MTQ Tingkat Provinsi.
Perubahan tersebut, kata Masfar, terletak pada penambahan seksi-seksi mengingat untuk MTQ Tingkat Provinsi Sulbar perhelatannya lebih besar lagi, yakni adanya Seksi Pameran, Seksi Hiburan, Seksi Pelayanan Kafilah dan harus ada Sekretaris khusus. Masfar juga mengharapkan bahwa persiapan yang matang akan menuai kesuksesan, dan jangan sampai terulang peristiwa MTQ Tingkat Provinsi yang pernah diselenggarakan di Kabupaten Polman dua tahun lalu, banyak menuai keluhan dari para Kafilah karena sistem kepanitiaannya yang tidak dipersiapkan dengan matang.
“Memang berbeda persiapan yang dilakukan kepanitiaan MTQ Tingkat Provinsi karena skalanya lebih besar lagi dan tentu saja dibutuhkan kelengkapan seksi-seksi yang menangani lebih banyak dari pada MTQ Tingkat Kabupaten yang baru-baru lalu digelar. Pastinya, penyelenggaraan MTQ Tingkat Provinsi di Majene ini Insya Allah harus lebih baik dari pada penyelenggaraan MTQ dua tahun lalu di Polman”, sergah Masfar antusias.
Lebih lanjut Masfar menjelaskan, Kepanitiaan MTQ Tingkat Kabupaten harus mengevaluasi hasil dan pelaksanaan kegiatan, mengingat ada Dua Cabang yakni Cabang Tafsir Al Qur’an dan Cabang Musabaqah Menulis Kandungan Al Qur’an belum terisi karena tidak ada pesertanya. Kenyataan ini haruslah disikapi dengan mencarikan solusi secepatnya, mengingat pada MTQ Tingkat Provinsi harus ada dua cabang tersebut. Hal tersebut menjadi PR kepanitiaan MTQ hingga bulan Maret mendatang.
Ditanya masalah strategi peningkatan skill untuk Kafilah Kabupaten Majene yang akan berlaga pada MTQ Tingkat Provinsi Sulbar, Masfar menjawab bahwa sudah ada upaya program pelatihan. Untuk mempertahankan juara yang telah direbut Kafilah Majene dua tahun silam di Kabupaten Polman, maka para peserta pilihan diikutkan Training Centre (TC). Mekanismenya adalah untuk peserta Juara 1 dan Juara 2 pada MTQ Tingkat Kabupaten yang lalu, di kirim ke Kandepag Majene untuk mengikuti TC selama satu minggu. Jumlah peserta yang akan dilatih sebanyak 45 orang, dengan kualitas Pelatih yang didatangkan dari Lokal dan Provinsi.
“Untuk pelatih Lokal, pihak kami sudah sepakat akan mendatangkan dua pelatih senior yakni KH. Hasan Basri dengan Hj. Umrah”, ungkap Masfar semangat.
Dalam hal Dana penyelenggaraan, Masfar menyatakan ada Dana dari Pemkab Majene sebesar 500 juta rupiah untuk menyelenggarakan dua event kegiatan, yakni MTQ Tingkat Kabupaten yang sudah selesai dilaksanakan dan MTQ Tingkat Provinsi Sulbar pada Bulan Maret mendatang. Besarnya dana tersebut, lanjut Masfar, tentu saja dikondisikan dan dimenej sebaik-baiknya agar cukup sampai kegiatan berakhir.
Terkait dana MTQ, Masfar juga menambahkan, bahwa berdasarkan Surat Gubernur No 485 Tahun 2009, menyatakan bahwa Dana Penyelenggaraan MTQ Tingkat Provinsi di bebankan pada APBD Kabupaten Majene yang dibantu dengan APBD Provinsi Sulbar serta kontribusi dari Kabupaten lain sebagai peserta yakni Kabupaten Mamuju, Matra, Polman dan Mamasa. Kontribusi tersebut per Kabupaten sebesar 25 juta rupiah. (mm)

Selasa, 20 April 2010

INFO MTQ KABUPATEN


Juara Umum MTQ Ke-26

Tingkat Kabupaten Majene


Kilas Profil

Kafilah Banggae Timur


Juara Umum MTQ Ke-26 Tahun 2010, diraih oleh Kafilah Kecamatan Banggae Timur dan berhasil memboyong Piala Bergilir Bupati Majene. Lalu bagaimanakah upaya yang dilakukan Banggae Timur dalam mendulang sukses dan berhasil mengalahkan Kafilah Kecamatan Banggae sebagai Juara MTQ tahun 2008 lalu? Berikut nukilan kilas profil Kafilah Kacamatan Banggae Timur.



KECAMATAN Banggae Timur sebagai wilayah kecamatan muda hasil pemekaran dari Kecamatan Banggae, ternyata menyimpan beragam potensi yang salah satunya adalah potensi SDM Qari dan Qari’ah berprestasi. Hal tersebut dibuktikan melalui ajang bergengsi MTQ tingkat Kabupaten yang beberapa waktu lalu usai diselenggarakan. Tidak tanggung-tanggung, Banggae Timur menyabet gelar Juara Umum dengan peserta pengumpul poin terbanyak. Kesuksesan tersebut, tentu saja tidak serta merta terjadi tanpa kerjasama seluruh Tim Kafilah, utamanya Ketua LPTQ dan para official.

Menurut Ketua LPTQ Kecamatan Banggae Timur yang sekaligus menjabat sebagai Camat Banggae Timur, Drs. H. Fahmi Massiara, MH, menyatakan bahwa persiapan yang matang dan kekompakan Tim yang terjaga akan melahirkan kesuksesan bersama. Fahmi juga menyadari bahwa keberhasilan tersebut dikarenakan Wilayah Banggae Timur memiliki Pondok Pesantren yang memudahkan untuk mencari bibit unggul yang berbakat untuk dijadikan peserta mewakili kecamatan.

Selain itu, lanjut Fahmi, banyaknya kelompok pengajian yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Banggae Timur juga merupakan potensi yang dapat direkrut untuk memperkuat Tim Kafilah Banggae Timur.

“Alhamdulillah, seluruh peserta yang kami rekrut merupakan potensi yang memiliki kualitas standar sehingga Tim Kafilah Kecamatan Banggae Timur jadi semakin kuat”, ungkap Fahmi di kediamannya baru-baru ini.

Ditanya masalah sumber dana yang digunakan, Fahmi menjawab bahwa tidak ada pos khusus untuk mendanai Tim Kafilah MTQ Kecamatannya. Sedangkan untuk menghimpun dana dari masyarakat juga tidak sempat lagi karena waktunya sempit sekali. Karena itu, menurut Fahmi, pihaknya segera mencarikan solusi yakni mengambil pos-pos lain yang ada dari dana kecamatan. Maka terkumpulah dana sebesar 15 juta rupiah.

Dana tersebut digunakan untuk kepentingan pembelian Pakaian Seragam para peserta, Kelengkapan Alat Lomba untuk Cabang Kaligrafi, Makanan (konsumsi) dan Snack para paserta selama lima hari dan Uang Saku para peserta sebanyak 24 orang.

Fahmi mengakui dari akumulasi biaya tersebut membengkak dan total menghabiskan 17 juta rupiah selama lomba berlangsung. Dengan demikian kekurangan dana sebesar 2 juta rupiah diambilkan dari dana pribadi Fahmi yang juga sebagai Camat Banggae Timur.

“Walaupun tombok 2 juta, namun Saya puas karena dapat meraih kesuksesan bersama” tandas Fahmi penuh semangat.

Secara total peserta termasuk official sebanyak 40 orang. Jumlah tersebutlah yang menjadi Tim Kafilah Banggae Timur yang tangguh. Terlepas dari momen MTQ, Fahmi juga menghimbau bahwa segi positif dari MTQ ini adalah turut serta melaksanakan pemberantasan buta aksara Al Qur’an baik itu di Kecamatan Banggae Timur pada khususnya dan Kabupaten Majene pada umumnya. (mm)

SUKSES SANG JUARA

Marhamah, 6 Jam Sehari

MARHAMAH Hasan yang mewakili kelompok umur 13 Tahun adalah Puteri dari Hasan Tola yang juga Ustadz guru mengaji. Marhamah belajar mengaji mendapat bimbingan langsung dari sang Ayah. Talenta Marhamah pun semakin menonjol dalam mengaji. Betapa tidak, pada umur 4 tahun yakni ketika masih duduk di bangku TK Marhamah sudah hafal Al Qur’an. Jam berlatih mengaji Marhamah tergolong tinggi, yakni waktu Pagi 2 jam, Siang 3 jam dan Malam 1 jam. Praktis dalam satu hari Marhamah memanfaatkan waktu 6 jam untuk mengaji.
Dari kedisiplinan waktu berlatih mengaji tersebutlah, akhirnya membuat Marhamah semakin piawai dalam melantunkan ayat-ayat suci. Segudang prestasinya pun mulai nampak. Pada MTQ ke-26 tahun 2010 beberapa waktu lalu dia Juara I menghafal 1 Juz. Pada tahun 2009 Juara I Porseni, Tahun 2009 Juara I Olimpiade Tilawah Sulbar, Tahun 2009 Juara I STQ mewakili Sulbar ke Jakarta. Tahun 2008, Juara I MTQ Luwu- Sulsel. (mm)

SUKSES SANG JUARA



Nur Saida,

Pemilik Suara Merdu


UNTUK kelompok umur Remaja 21 Tahun, Nur Saida berhasil menyabet Juara I pada MTQ ke-26 tingkat Kabupaten Majene yang beberapa waktu lalu berlangsung. Mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan Sastra dan Bahasa Unismuh Makassar ini, memiliki suara merdu dalam melantunkan ayat suci Al Qur’an. Karena kepiawaiannya tersebutlah, Nur Saida selalu menyabet Juara dalam setiap lomba yang diikutinya.

Beberapa prestasi yang pernah diraihnya dimulai dari Juara I Barzanji tingkat Pelajar. Kemudian Juara I Tilawah pada Porseni tahun 2006. Selanjutnya, Juara I Cerdas Cermat Qur’an (CCQ) tahun 2008, Juara II Tilawah pada MTQ tahun 2008, Juara I Tilawah Golongan Remaja pada MTQ tingkat Kabupaten Majene 2010.(mm)