Jumat, 09 April 2010

CAKRAWALA












Ular Sanca Temuan Bupati

Siap di Museumkan


Di awal Tahun 2010, sepulang kunjungan Saya dari Malunda, di tengah perjalanan yakni sekitar Dusun Rawang, Desa Onang Kecamatan Tubo, Saya tertarik dengan kerumunan masyarakat di pinggir jalan. Saya pun berhenti sejenak dan turun dari mobil untuk melihat apa yang tengah terjadi. Wow! Ternyata para masyarakat menyaksikan ular Sanca kembang dengan panjang lebih dari lima meter dan besarnya melebihi paha orang dewasa. Ular tersebut termasuk jenis spesies yang sukar ditemui, apalagi di Majene ini.

SEJENAK Saya termangu memandangi Ular Sanca yang besarnya baru kali ini Saya lihat di Majene secara langsung. Sayangnya, ular tersebut sudah mati. Satu jam sebelum Saya tiba di lokasi, para penduduk sudah membunuh ular tersebut karena dianggap menganggu selalu memakan hewan ternak milik warga setempat. Kemudian, beberapa warga setempat ingin membawa bangkai ular tersebut ke Wonomulyo, Polewali Mandar untuk dijual. Namun, para warga kesulitan untuk membawanya karena tidak memiliki kendaraan untuk mengangkut bangkai ular tersebut.

Hati Saya tersentuh dan bermaksud ingin menolong para warga setempat. Dilain sisi, Saya merasa sayang sekali bangkai ular tersebut harus dijual ditempat yang jauh dan belum tentu juga harganya bagus. Karena itu, Saya tawarkan kepada warga setempat kalau bangkai ular tersebut Saya beli untuk diawetkan dan dipajang di museum Mandar Majene. Dengan demikian, spesies Sanca yang tergolong langka ini bisa dilihat oleh masyarakat Majene sebagai ilmu pengetahuan yang terpajang di Museum Mandar Majene.

Para warga pun setuju dan mendukung ide Saya untuk memuseumkan Ular Sanca tersebut. Segera Saya perintahkan kepada Ajudan untuk mendatangkan mobil pick-up mengangkut ular tersebut menuju rumah jabatan.

Ketika tiba di rumah jabatan, ularpun diturunkan. Para warga setempat berbondong-bondong datang untuk menyaksikan dari dekat Ular Sanca yang besar asli Majene. Bahkan beberapa diantara warga ada yang ikut berfoto bersama ular tersebut. Dalam hati Saya tersenyum, karena antusiasme para warga menyaksikan ular Sanca yang sudah mati. Semakin mantap keyakinan Saya, bahwa bila ular tersebut diawetkan dan dipajang dimuseum akan menjadi asset tak ternilai karena dapat dipelajari utamanya dalam mata pelajaran biologi.

Saya segera memanggil Dokter Hewan untuk memeriksa dan menjahit kepala ular yang luka bekas parang penduduk. Ketika diperiksa dokter hewan, bangkai Sanca tersebut juga disuntikan cairan Formalin sama dengan cairan pengawet untuk mayat.

Keesokan harinya, ular Sanca tersebut dibawa ke museum Mandar untuk dilakukan proses pengeringan. Rencananya ketika kering, barulah dibuat bentuk tubuh ular dengan kawat kemudian ditutup lagi dengan kulit asli dan dijahit sehingga menyerupai bentuk asli dari spesies Sanca tersebut. Semoga saja, Sanca tersebut bermanfaat bagi seluruh pelajar maupun masyarakat sekaligus sebagai koleksi museum Mandar yang tak ternilai. (mm)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar